1. Penelitian
menunjukkan bahwa penurunan biomassa vegetasi yang miskin akan jenis
tumbuhannya, lebih signifikan dibandingkan dengan vegetasi yang kaya.
Jawaban
:
Sebelum menjelaskan maksud
pernyataan ini, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu biomassa. Biomassa
adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh tumbuhan per satuan unit area
pada suatu waktu. Biomassa biasanya dinyatakan dalam ukuran berat kering, dalam
gram atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah gram per m2 (gr/m2) atau
kg per hektar (kg/ha) atau ton per hektar (Chapman, 1976, Brown, 1997).
Mendukung pernyataan soal di atas, Whitmore (1975) mengemukakan
bahwa kandungan biomassa (berat kering) dari hutan berbeda-beda tergantung dari
tipe hutan, kesuburan tanah, tempat
tumbuh, dan bagian-bagian biomassa pohon. Terkait dengan tipe hutan, hutan
hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat
tinggi sebagaimana yang digambarkan oleh Resosoedarmo et al. (1986) melalui hutan hujan tropis primer pegunungan di
Cibodas, yang memiliki kekayaan jenis tumbuhan berbunga dan paku-pakuan
sebanyak 333 pada daerah seluas 1 ha, di ketinggian 1500m dari permukaan laut.
Di antara jenis tumbuhan tersebut, 73 jenis diantaranya adalah jenis pohon
dengan kerapatan sebesar 233 pohon/ha. Masih menurut penulis yang sama, sifat
menyolok lainnya dari hutan ini (hutan hujan tropis) adalah besarnya volume
biomassa tumbuhan persatuan luas sehingga memberi kesan produktivitas yang
sangat tinggi dan lahan yang sangat subur. Keanekaragaman yang sangat tinggi
dan produktivitas biomassa yang besar menggambarkan tingginya produktivitas
vegetasi di hutan hujan tropis.
Hal lain yang masih terkait dengan biomassa tumbuhan adalah
kandungan karbonnya. FWI (2003) melaporkan hutan-hutan Indonesia menyimpan
jumlah karbon yang sangat besar. Menurut FAO, jumlah total vegetasi hutan
Indonesia meningkat lebih dari 14 miliar ton biomassa, jauh lebih tinggi
daripada negara-negara lain di Asia dan setara dengan 20% biomassa di seluruh
hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini secara kasar menyimpan 3,5 milliar
ton karbon.
Mengenai jumlah karbon, ada pendapat yang menyatakan bahwa cadangan
karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya.
Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang
mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu
rendah. Hairiah dan Rahayu (2007) menjelaskan bahwa hutan alami merupakan
penyimpan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan
(SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohon yang tinggi. Dikatakan pula tanaman
atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran
(agroforestri) merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan karbon yang jauh
lebih besar daripada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan
keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan
gudang penyimpanan karbon tertinggi (baik di atas maupun di dalam tanah).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa benar
terdapat keterkaitan yang erat antara jumlah biomassa yang dihasilkan dengan keragaman
jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu area vegetasi atau ekosistem. Dimana setiap
jenis tumbuhan, akan menghasilkan berat kering (biomassa) dengan jumlah
tertentu yang dapat dihitung dengan persamaan Allometrik Ketterings (Hairiah dan
Rahayu, 2007).
BK : 0,11 x p x
D2.62
Keterangan :
BK : Berat
kering
p :
Berat jenis kayu ( g/cm3 )
D : Diameter pohon (cm)
Total Biomassa = BK1 + BK2 + ....... BKn
Biomassa persatuan luas =
Total biomassa/Luas area (m2)
Dari persamaan di atas, dapat dilihat
bahwa pada tumbuhan yang berbeda jenisnya, kandungan berat kering (biomassa)
yang dihasilkan akan ikut berbeda karena dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis
(p) dan diameter. Semakin beragam
jenis tumbuhan yang tumbuh (hidup) di suatu area, maka akan semakin banyak pula
total biomassa yang dihasilkannya. Sehingga pada area yang hanya ditumbuhi oleh
satu atau dua jenis tumbuhan atau dengan kata lain lebih sedikit jenisnya, maka
total biomassa yang dihasilkannya pun lebih sedikit jika dibandingkan dengan
area yang ditumbuhi oleh lebih banyak jenis tanamannya. Hal inilah kemudian
yang menyebabkan jika karena sesuatu hal terjadi penurunan jumlah biomassa yang
dihasilkan dalam suatu area, maka pada area dengan vegetasi yang miskin jenis
tumbuhannya, penurunannya akan lebih signifikan dibandingkan dengan area dengan
vegetasi yang kaya akan jenis tumbuhannya.
2.
Jaminan fungsional : semakin berbeda-beda spesies
dalam sebuah ekosistem tanpa mengabaikan pengaruh mereka dalam proses
ekosistem, semakin kecil jumlah yang dibutuhkan untuk dijadikan pelindung
ekosistem untuk melawan perubahan. Spesies yang memiliki fungsi akibat yang
sama tetapi berbeda dalam fungsi respons (Bioscience, 1998) dapat melindungi
ekosistem dari perubahan eksternal yang menekan karena spesies yang
mempengaruhi respons tiap ekosistem mungkin akan merespon secara berbeda.
Jawaban:
Maksud dari pernyataan tersebut adalah keragaman spesies dalam
jenis fungsionalnya pada suatu ekosistem dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya dan retensi di ekosistem tersebut. Hal ini dimungkinkan karena spesies
yang berbeda dalam suatu ekosistem akan memiliki fungsi yang berbeda pula.
Sehingga dengan semakin beragamnya spesies yang terdapat pada suatu ekosistem,
akan lebih sedikit spesies yang diperlukan dalam menghadapi kemungkinan
terjadinya perubahan ekosistem. Selanjutnya yang masih terkait dengan itu
adalah bahwa keragaman
ekologis juga menjadi penting jika mengarah pada penggunaan sumber daya
komplementer oleh berbagai spesies, atau meningkatkan probabilitas tertentu
termasuk spesies dengan efek ekologis. Plot yang lebih beragam bisa menggunakan
lebih banyak sumber daya, karena telah melengkapi spesies dengan pola
penggunaan sumber daya; dimana spesies mungkin berbeda dalam jenis sumber daya,
lokasi akar, atau waktu pengambilan. Keanekaragaman tersebut juga dapat menyediakan
jaminan terhadap perubahan yang berfungsi dibawah kondisi ekstrim atau baru.
Perbedaan dalam respon lingkungan fungsional di antara spesies yang berbeda dapat
menekan perubahan ekosistem. Spesies dengan fungsional yang sama (dalam hal ini
fungsi akibat yang sama) umumnya berbeda dalam respon (fungsi responnya)
terhadap lingkungan. Keragaman spesies
yang serupa fungsionalnya, dapat menstabilkan proses ekosistem dalam menghadapi
variasi temporal lingkungan.
Sementara
itu, efek spesies yang berbeda secara fungsional ke ekosistem dapat mempercepat
laju perubahan ekosistem. Efek spesies pada proses ekosistem menyebabkan
perubahan komposisi spesies, atau dapat pula dikatakan keanekaragaman ekosistem
cenderung mengubah fungsi spesies, meskipun sifat dari perubahan ini seringkali
sulit diprediksi. Keragaman dalam jenis
fungsional juga dapat menstabilkan proses ekosistem dalam menghadapi
variasi temporal atau arah perubahan lingkungan. Disinilah letak kegunaan atau
jaminan fungsi respon yang berbeda dari spesies di suatu ekosistem dalam
merespon perubahan eksternal yang datang, sehingga spesies tersebut dapat
melindungi ekosistem tempatnya berada.
DAFTAR PUSTAKA
Brown S. 1997. Estimating
Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A primer. FAO Forestry Paper.
FAO. USA.
Chapman SB.
1976. Production Ecology and Nutrient Budgets dalam Chapman SB. (Eds),
Method in Plant Ecology 2nd ed.: 157-228. Blackwell Scientific Publication.
Oxford.
FWI/GFW. 2003.
Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: ForesWatch Indonesia dan Washington D.C, Global Forest
Watch, Edisi 3.
Hairiah K dan
Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ diberbagai macam penggunaan
lahan. Bogor. World Agroforestry Centre
- ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.
Whitmore TC.
1975. Tropical Rain Forest of the Far East. Claredon Press, Oxford.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar