Jumat, 27 September 2013

Ulasan Film "Home"

Buat yang senang nonton film, khususnya film dokumenter, kali ini saya ingin memberikan sedikit ulasan tentang film Home. Film yang bertemakan tentang lingkungan ini, menarik untuk kita simak, terutama bagi kita yang masih peduli akan keselamatan Bumi ini.


Home adalah sebuah film kategori dokumenter berdurasi ± 93 menit yang diproduksi pada tahun 2009 oleh Denis Carot and Luc Besson dan disutradarai oleh Yann Arthus-Bertrand. Selayaknya sebuah film dokumenter yang biasanya memuat fakta-fakta ilmiah, film Home mengangkat fenomena perubahan lingkungan global yang terjadi seiring perkembangan peradaban manusia dari masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.

Film ini menyoroti segala bentuk kerusakan lingkungan yang terjadi di bumi, sebagai dampak dari berbagai aktivitas manusia selaku spesies yang paling dominan mengubah bumi. Baik dalam kaitannya dengan upaya bertahan hidup, maupun dalam hubungannya dengan pembangunan di berbagai segi kehidupan manusia. Tema yang diangkat adalah mengenai korelasi antara semua organisme dengan bumi, yang saling terkait dalam suatu hubungan yang kompleks, namun sangat penting untuk menjaga keseimbangan satu sama lain. Sehingga tidak mungkin ada satu pun organisme yang hidup berdiri sendiri.   
Apa yang terjadi di awal-awal penciptaan bumi ini sebagai cikal bakal kehidupan; Bagaimana bumi diciptakan dalam harmonisasi dari semua materi abiotik (air, tanah, udara) dan biotik (dari organisme bersel satu, tumbuhan tingkat rendah sampai konsumen tingkat tinggi); Seperti apa kehidupan manusia di zaman berburu dan mengumpulkan makanan; hingga perkembangan peradaban manusia di era industri dewasa ini yang berdampak pada hilangnya keseimbangan ekosistem. Kesemuanya itu dapat kita temukan penjelasannya secara lugas dalam film ini.

Berbagai aktivitas manusia yang mengancam kelestarian lingkungan di seluruh belahan dunia, entah itu di darat, laut dan udara, serta perkembangan populasi manusia yang begitu pesatnya juga tidak luput dari ulasan narasinya. Mulai dari revolusi pertanian, hingga akhirnya ditemukan minyak yang menjadikan peradaban manusia berubah lebih cepat. Adanya industri, kota dan gedung-gedung pencakar langit, ketidakseimbangan antara populasi manusia dan ketersediaan sumberdaya alam, tentu saja ini semua mengakibatkan kesenjangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kelaparan, kekurangan air bersih dan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak krisis energi yang turut mengancam sendi kehidupan kita. Cara penggambaran terhadap itu semua, benar-benar membuat kita ikut terbawa ke dalam alur cerita film ini.

Nilai lebih dari film ini adalah Home tidak hanya memvisualisasikan fenomena dan fakta, tetapi juga memberikan jawaban ilmiah yang disertai data statistik sebagai hasil penelitian atas dampak yang ditimbulkan dari kerusakan dan terganggunya keseimbangan alam oleh aktivitas manusia. 

Menonton film ini, membuat kita terhenyak akan fakta-fakta yang terjadi di berbagai penjuru dunia yang mengancam kehidupan di bumi ini. Kita yang mungkin sehari-hari hanya berkutat dengan urusan perut, hanya memikirkan bagaimana bisa memperoleh pekerjaan yang layak dan kehidupan yang mapan, akan tersadar betapa ada hal lain yang lebih besar dan yang lebih penting di sekitar kita dan di luar sana yang juga harus kita pedulikan. Lebih miris lagi, karena tanpa sepengetahuan kita, mungkin di antara perilaku sehari-hari kita lah yang menjadi penyebab bagi terancamnya kelangsungan hidup kita dan makhluk lain penghuni bumi ini. Atas nama kemajuan teknologi dan atas nama pembangunan, kita terkadang melupakan aspek ekologi yang juga lebih urgen dari sekedar tuntutan ekonomi dan adaptasi sosial. Aspek ekologi yang tak mengenal batas-batas territorial, karena dampaknya bisa berakibat luas, sebagai perwujudan dari satu kesatuan biosfer.
Akibat dari kemajuan peradaban manusia, pembangunan pun semakin digalakkan dalam segala segi kehidupan. Ini bisa kita lihat dalam tayangan film Home dimana kota-kota besar dunia seperti Dubai, New York, Los Angeles, Shanghai dibangun di atas “kesuperpoweran” manusia dan seolah menjadi simbol kemegahan peradaban manusia dari waktu ke waktu. Dengan tujuan mempermudah manusia terhadap akses akan sumberdaya alam, pembangunan dan kemajuan teknologi menjadi cerminan dari kejeniusan manusia sebagai homo sapiens dalam mengeksplorasi alam dan mengubah bumi, hingga akhirnya hak-hak lingkungan dan makhluk hidup lain pun terabaikan. Keseimbangan ekosistem yang seharusnya dijaga agar dapat mendukung kelangsungan hidup seluruh makhluk bumi, malah tidak terpelihara.

Over population; degradasi lahan sebagai akibat dari kegiatan pertanian; penggunaan pestisida yang menimbulkan keracunan dan kematian; rusaknya ekosistem laut dan berkurangnya hasil tangkapan akibat penangkapan ikan yang merusak dan berlebihan; meningkatnya karbon akibat deforestasi; krisis energi akibat eksploitasi pertambangan berlebihan; pencemaran tanah dan air oleh berbagai industri; pencemaran udara dari berbagai gas buangan; hingga terancam punahnya kenakeragaman hayati beberapa spesies tanaman dan hewan adalah sebagian kecil dari contoh dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan dan kemajuan peradaban manusia. Bisa dibilang, pembangunan selalu menyisakan sisi negatif yang tidak saja mengganggu dan merubah kondisi alami lingkungan, tapi juga menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri. Kini, semua dampak yang ditimbulkan itu bermuara ke satu isu lingkungan yang sangat luar biasa yaitu pemanasan global.

Apa yang ditimbulkan oleh pemanasan global juga digambarkan secara jelas dalam film ini. Bagaimana lapisan es di kutub mulai menipis, gleiser berkurang, permukaan air laut naik setiap tahunnya, ini semua akan mengancam kehidupan di bumi. Banjir, krisis air bersih, bencana kelaparan, gelombang pengungsi iklim di tahun 2050 dan banyak kota–kota dunia terancam tenggelam, adalah berbagai kemungkinan yang akan terjadi beberapa tahun ke depan jika kita tidak melakukan upaya-upaya untuk mengurangi efek dari pemanasan global.

Terkait dengan konsep daya dukung lingkungan dalam istilah ekologi, dikatakan ada empat faktor yang menentukan daya dukung suatu lingkungan yaitu: (a) ketersediaan bahan baku; (b) ketersediaan energi; (c) akumulasi limbah dari produk dan cara pembuangannya; serta (d) interaksi antara makhluk hidup yang ada. Dari film ini dapat kita lihat bahwa telah terjadi penurunan daya dukung lingkungan akibat dari segala bentuk kegiatan yang dilakukan manusia dalam usaha memanfaatkan sumberdaya alam. Eksploitasi dan eksplorasi secara berlebihan tanpa memperhitungkan kapasitas lingkungan, menyebabkan hilangnya keseimbangan ekosistem. Efek lain yang timbul dari berbagai aktivitas manusia termasuk di dalamnya aktivitas pembangunan adalah berupa pencemaran lingkungan, yaitu masuknya zat atau energi atau komponen lain ke dalam suatu lingkungan yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai-nilai ekologis yang ada dalam suatu kawasan. Ditambah lagi dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk secara eksplosif, tidak hanya menimbulkan permasalahan pada penggunaan ruang, tetapi juga menimbulkan tekanan berat terhadap sumberdaya alam akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan sumberdaya alam dan jumlah penduduk yang memanfaatkannya.

Mengacu kepada faktor-faktor yang ikut menentukan daya dukung lingkungan di atas dan juga apa yang digambarkan dalam film Home, secara garis besar kita dapat meringkas ada 10 macam tantangan lingkungan yang sedang kita hadapi sekarang ini, yaitu: (1) Pertumbuhan populasi; (2) Kemiskinan; (3) Pertumbuhan pertanian; (4) Kebutuhan akan sumber air tanah; (5) Pembangunan dan hutan; (6) Kerusakan lahan; (7) Reorientasi lembaga; (8) Pengurangan keanekaragaman genetika; (9) Konsekuensi buruk urbanisasi serta (10) Polusi udara dan air. Sangatlah penting untuk mengenal dan memahami berbagai tantangan tersebut, sehingga dapat diambil tindakan yang tepat serta langkah-langkah reformatif dalam usaha mengurangi dampak degradasi lingkungan yang dapat mengakibatkan kepunahan kehidupan kita.

Pembangunan sejatinya merupakan intervensi terhadap lingkungan yang “mengganggu” keseimbangan lingkungan dan membawanya ke keseimbangan  baru yang dianggap terletak pada tingkat kualitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, pembangunan diharapkan dapat membawa kualitas lingkungan ke arah tingkat yang makin tinggi. Dalam usaha ini harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung tingkat hidup yang lebih tinggi tidak rusak, sehingga tidak terjadi keambrukan sebagaimana yang sedang terjadi saat ini sebagaimana dideskripsikan dalam tayangan film Home.

Lantas bagaimana agar pembangunan tetap berjalan tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan?. Pembangunan yang berkelanjutan yaitu yang berwawasan lingkungan hidup, itulah yang diharapkan bisa menjadi solusi atas semua dampak negatif pembangunan yang selama ini terjadi, agar proses pembangunan dapat menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan akan datang. Ini bisa terwujud jika dalam suatu pembangunan terdapat integrasi dari 3 dimensi yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Menurut World Submit on Sustainable Development (WSSD), pembangunan berkelanjutan sebagai pendekatan baru harus berdasarkan atas pertimbangan keterkaitan dan kesalingtergantungan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga dimensi tersebut jika dilaksanakan dengan dukungan good governance, sangat diharapkan dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem alam dan meminimalkan efek pemanasan global. Tentu saja diperlukan sikap konsisten dan optimisme dari berbagai pihak untuk secara bersama merubah perilaku manusia dalam pembangunan ke arah yang lebih baik.

Untuk itulah, di bagian akhir film ini kita bisa melihat bagaimana sang sutradara mengungkapkan keoptimisannya akan hal tersebut. Berulang kali kalimat “sudah terlambat untuk pesimis” disampaikan dalam narasi film ini. Dibalik berbagai ancaman lingkungan yang telah diutarakan sebelumnya, kalimat ini seolah-olah mengisyaratkan bahwa sang sutradara hendak mengajak penonton untuk tetap memiliki harapan akan masa depan bumi yang lebih baik. Sikap optimisnya juga disertai fakta-fakta di lapangan yang ditemuinya seperti: bagaimana negara-negara di dunia dari yang paling miskin seperti Lesotho sampai yang terkaya seperti Qatar mulai mempedulikan pendidikan dan mendanai berbagai penelitian dan inovasi di berbagai bidang; pemerintah di setiap negara telah melindungi 2% laut territorialnya; jutaan LSM di dunia masih percaya akan kekuatan solidaritas rakyat dunia terhadap keselamatan bumi; berbagai program reforestasi nasional untuk memulihkan hutan yang rusak akibat perang dan pembangunan; daur ulang kertas, sampah dan limbah; nelayan mulai peduli akan perlindungan terhadap biota laut; pemanfaatan energi terbaharukan seperti tenaga angin dan matahari serta berbagai program penyelamatan lingkungan lainnya yang mulai digalakkan oleh negara-negara dan masyarakat dunia. Semuanya itu menunjukkan adanya suatu kesadaran baru. Memberikan petunjuk untuk kehidupan manusia yang baru berdasarkan kesederhanaan, kecerdasan dan saling berbagi. Yang paling penting adalah kesadaran bahwa kita masih memiliki keinginan dan kekuatan untuk berubah ke arah yang lebih baik, demi masa depan bumi yang menjadi tempat tinggal kita dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang juga diciptakan-Nya untuk mendukung kehidupan manusia itu sendiri di muka bumi ini.

Referensi:


Bahan kuliah PraPasca Dasar-dasar Ekologi Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung 2013. 

Tidak ada komentar: