Selasa, 26 November 2013

Dasar-dasar Ekologi

1.  Penelitian menunjukkan bahwa penurunan biomassa vegetasi yang miskin akan jenis tumbuhannya, lebih signifikan dibandingkan dengan vegetasi yang kaya.
Jawaban :
Sebelum menjelaskan maksud pernyataan ini, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu biomassa. Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh tumbuhan per satuan unit area pada suatu waktu. Biomassa biasanya dinyatakan dalam ukuran berat kering, dalam gram atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah gram per m2 (gr/m2) atau kg per hektar (kg/ha) atau ton per hektar (Chapman, 1976, Brown, 1997).
Mendukung pernyataan soal di atas, Whitmore (1975) mengemukakan bahwa kandungan biomassa (berat kering) dari hutan berbeda-beda tergantung dari tipe hutan, kesuburan tanah, tempat tumbuh, dan bagian-bagian biomassa pohon. Terkait dengan tipe hutan, hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi sebagaimana yang digambarkan oleh Resosoedarmo et al. (1986) melalui hutan hujan tropis primer pegunungan di Cibodas, yang memiliki kekayaan jenis tumbuhan berbunga dan paku-pakuan sebanyak 333 pada daerah seluas 1 ha, di ketinggian 1500m dari permukaan laut. Di antara jenis tumbuhan tersebut, 73 jenis diantaranya adalah jenis pohon dengan kerapatan sebesar 233 pohon/ha. Masih menurut penulis yang sama, sifat menyolok lainnya dari hutan ini (hutan hujan tropis) adalah besarnya volume biomassa tumbuhan persatuan luas sehingga memberi kesan produktivitas yang sangat tinggi dan lahan yang sangat subur. Keanekaragaman yang sangat tinggi dan produktivitas biomassa yang besar menggambarkan tingginya produktivitas vegetasi di hutan hujan tropis.
Hal lain yang masih terkait dengan biomassa tumbuhan adalah kandungan karbonnya. FWI (2003) melaporkan hutan-hutan Indonesia menyimpan jumlah karbon yang sangat besar. Menurut FAO, jumlah total vegetasi hutan Indonesia meningkat lebih dari 14 miliar ton biomassa, jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia dan setara dengan 20% biomassa di seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini secara kasar menyimpan 3,5 milliar ton karbon.
Mengenai jumlah karbon, ada pendapat yang menyatakan bahwa cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Hairiah dan Rahayu (2007) menjelaskan bahwa hutan alami merupakan penyimpan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohon yang tinggi. Dikatakan pula tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestri) merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan karbon yang jauh lebih besar daripada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpanan karbon tertinggi (baik di atas maupun di dalam tanah).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa benar terdapat keterkaitan yang erat antara jumlah biomassa yang dihasilkan dengan keragaman jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu area vegetasi atau ekosistem. Dimana setiap jenis tumbuhan, akan menghasilkan berat kering (biomassa) dengan jumlah tertentu yang dapat dihitung dengan persamaan Allometrik Ketterings (Hairiah dan Rahayu, 2007).
BK : 0,11 x p x D2.62
Keterangan :
BK : Berat kering
p : Berat jenis kayu ( g/cm3 )
D : Diameter pohon (cm)
Total Biomassa          = BK1 + BK2 + ....... BKn
Biomassa persatuan luas = Total biomassa/Luas area (m2)
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa pada tumbuhan yang berbeda jenisnya, kandungan berat kering (biomassa) yang dihasilkan akan ikut berbeda karena dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis (p) dan diameter. Semakin beragam jenis tumbuhan yang tumbuh (hidup) di suatu area, maka akan semakin banyak pula total biomassa yang dihasilkannya. Sehingga pada area yang hanya ditumbuhi oleh satu atau dua jenis tumbuhan atau dengan kata lain lebih sedikit jenisnya, maka total biomassa yang dihasilkannya pun lebih sedikit jika dibandingkan dengan area yang ditumbuhi oleh lebih banyak jenis tanamannya. Hal inilah kemudian yang menyebabkan jika karena sesuatu hal terjadi penurunan jumlah biomassa yang dihasilkan dalam suatu area, maka pada area dengan vegetasi yang miskin jenis tumbuhannya, penurunannya akan lebih signifikan dibandingkan dengan area dengan vegetasi yang kaya akan jenis tumbuhannya.


2.  Jaminan fungsional : semakin berbeda-beda spesies dalam sebuah ekosistem tanpa mengabaikan pengaruh mereka dalam proses ekosistem, semakin kecil jumlah yang dibutuhkan untuk dijadikan pelindung ekosistem untuk melawan perubahan. Spesies yang memiliki fungsi akibat yang sama tetapi berbeda dalam fungsi respons (Bioscience, 1998) dapat melindungi ekosistem dari perubahan eksternal yang menekan karena spesies yang mempengaruhi respons tiap ekosistem mungkin akan merespon secara berbeda.
Jawaban:
Maksud dari pernyataan tersebut adalah keragaman spesies dalam jenis fungsionalnya pada suatu ekosistem dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan retensi di ekosistem tersebut. Hal ini dimungkinkan karena spesies yang berbeda dalam suatu ekosistem akan memiliki fungsi yang berbeda pula. Sehingga dengan semakin beragamnya spesies yang terdapat pada suatu ekosistem, akan lebih sedikit spesies yang diperlukan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan ekosistem. Selanjutnya yang masih terkait dengan itu adalah bahwa keragaman ekologis juga menjadi penting jika mengarah pada penggunaan sumber daya komplementer oleh berbagai spesies, atau meningkatkan probabilitas tertentu termasuk spesies dengan efek ekologis. Plot yang lebih beragam bisa menggunakan lebih banyak sumber daya, karena telah melengkapi spesies dengan pola penggunaan sumber daya; dimana spesies mungkin berbeda dalam jenis sumber daya, lokasi akar, atau waktu pengambilan. Keanekaragaman tersebut juga dapat menyediakan jaminan terhadap perubahan yang berfungsi dibawah kondisi ekstrim atau baru. Perbedaan dalam respon lingkungan fungsional di antara spesies yang berbeda dapat menekan perubahan ekosistem. Spesies dengan fungsional yang sama (dalam hal ini fungsi akibat yang sama) umumnya berbeda dalam respon (fungsi responnya) terhadap lingkungan. Keragaman spesies yang serupa fungsionalnya, dapat menstabilkan proses ekosistem dalam menghadapi variasi temporal lingkungan.
Sementara itu, efek spesies yang berbeda secara fungsional ke ekosistem dapat mempercepat laju perubahan ekosistem. Efek spesies pada proses ekosistem menyebabkan perubahan komposisi spesies, atau dapat pula dikatakan keanekaragaman ekosistem cenderung mengubah fungsi spesies, meskipun sifat dari perubahan ini seringkali sulit diprediksi. Keragaman dalam jenis fungsional juga dapat menstabilkan proses ekosistem dalam menghadapi variasi temporal atau arah perubahan lingkungan. Disinilah letak kegunaan atau jaminan fungsi respon yang berbeda dari spesies di suatu ekosistem dalam merespon perubahan eksternal yang datang, sehingga spesies tersebut dapat melindungi ekosistem tempatnya berada.
DAFTAR PUSTAKA

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A primer. FAO Forestry Paper. FAO. USA.

Chapman SB. 1976. Production Ecology and Nutrient Budgets dalam Chapman SB. (Eds), Method in Plant Ecology 2nd ed.: 157-228. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

FWI/GFW. 2003. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: ForesWatch  Indonesia dan Washington D.C, Global Forest Watch, Edisi 3.

Hairiah K dan Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ diberbagai macam penggunaan lahan. Bogor. World  Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.

Whitmore TC. 1975. Tropical Rain Forest of the Far East. Claredon Press, Oxford.


Tidak ada komentar: