Senin, 04 November 2013

Issu dalam film Out of Eden dalam konteks Evolusi Kebudayaan Leslie A. White

Film Out of Eden (OoE) secara garis besar menceritakan penelitian seorang ahli biologi dari UCLA Prof. Jared Diamond pada masyarakat pedalaman Papua Nugini tentang faktor penyebab dari ketidaksamaan kemajuan peradaban bangsa-bangsa di dunia, dalam hal ini antara AS dengan Papua Nugini. Penelitian ini dilakukan dalam rangka ingin menjawab pertanyaan salah seorang penduduk Papua Nugini yang ditujukan kepadanya yaitu kenapa mereka (rakyat Papua Nugini) hanya memiliki sedikit muatan (harta benda/materi) dibandingkan dengan orang-orang Amerika ataupun orang-orang dari negara lain yang pernah berkunjung ke sana. Setelah melakukan berbagai penelusuran sejarah, serta dipadukan dengan pengamatan terhadap perilaku bercocok tanam dan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Papua Nugini, akhirnya Prof. Diamond mengarah pada satu kesimpulan bahwa ketidaksamaan peradaban itu bukan disebabkan karena rakyat Papua Nugini memiliki tingkatan gen yang lebih rendah dibandingkan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu maju di dunia, akan tetapi lebih kepada pengaruh faktor geografis.
Menurutnya, kondisi geografis Papua Nugini yang berupa dataran tinggi berpengaruh terhadap jenis tanaman yang dapat tumbuh di sana, perilaku masyarakatnya dan terutama metode bercocok tanam yang diterapkan. Kenapa hal ini menjadi penting dan menjadi pembeda? Karena berdasarkan penelusuran sejarah yang dilakukannya, Prof. Diamond menemukan bahwa bangsa-bangsa yang saat ini lebih maju peradabannya seperti Timur Tengah, Eropa dan Amerika, ini disebabkan karena mereka dikaruniai wilayah geografis yang lebih menguntungkan, dimana jenis tanaman berprotein tinggi seperti gandum dan barley dapat tumbuh di sana. Disamping itu, perilaku masyarakatnya pada zaman batu yang mampu menemukan cara mempertahankan hidup dengan bertani dan domestikasi hewan ternak menjadikan mereka lebih unggul dan bisa lebih dulu memulai peradaban. Karena menurutnya, dengan hasil pertanian yang melimpah, sebagian dari masyarakatnya memiliki banyak waktu untuk mengembangkan teknologi melalui pembuatan logam untuk perkakas, membuat pakaian dari kulit binatang dan membangun rumah untuk tempat tinggal dan menampung hasil pertanian. Dari sinilah kemudian menjadi titik awal bagi perkembangan peradaban dunia hingga sekarang ini.

Hal berbeda tentunya yang terjadi dengan kehidupan bangsa Papua Nugini. Karena wilayah geografisnya yang berupa dataran tinggi, menyebabkan tanahnya hanya dapat ditumbuhi sagu dan jenis umbi-umbian seperti talas yang kandungan proteinnya lebih rendah. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku masyarakatnya yang masih terus hidup nomaden, suatu pola hidup yang sudah lama ditinggalkan oleh bangsa-bangsa lain yang kini memiliki peradaban modern. Jika di Timur Tengah, pada zaman batu orang-orang menggunakan hewan ternak sebagai alat bantu bercocok tanam dan juga dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti makanan, minuman dan pakaian, masyarakat Papua Nugini justru sebaliknya. Mereka tidak memiliki satu jenis pun hewan yang diternakkan. Itulah mengapa dalam kesehariannya mereka hanya terus mengumpulkan makanan tanpa kemudian memikirkan untuk mengembangkan teknologi seperti membuat logam, rumah maupun pakaian. Itu juga yang menjadi pembeda dan menyebabkan lambatnya peradaban di Papua Nugini yang terbukti dengan lebih sedikitnya muatan/materi yang mereka miliki.

Kaitannya dengan konteks teori Evolusi Kebudayaan oleh Leslie A. White (LAW), menurut saya film OoE bisa menjadi pembuktian akan kebenaran teori itu. Dalam teori evolusi kebuyaannya, LAW membagi budaya dalam 3 sub-sistem, salah satunya yang paling besar pengaruhnya adalah sub sistem teknologi. LAW menjelaskan bahwa sub-sistem teknologi terdiri dari aspek material, fisik, dan kimiawi termasuk juga berbagai teknik yang digunakan manusia untuk berinterkasi dengan habitat alamiahnya. Pada sub-sistem ini kita bisa menemukan perkakas untuk produksi, sumber dan alat bertahan hidup, alat dan bahan untuk tempat tinggal dan alat untuk perlindungan diri sekaligus alat untuk menyerang. Ini bisa kita lihat dalam film OoE dimana masyarakat Timur Tengah di zaman batu sudah mulai mengembangkan teknologi seperti pembuatan logam dan bahan bangunan,  yang mana ini terus berkembang hingga sekarang. Sebaliknya, keterbelakangan budaya Papua Nugini karena rakyatnya tidak mampu mengembangkan teknologi sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari baik untuk bertani, bertahan hidup, tempat tinggal, perlindungan diri dan lain-lain. LAW sendiri memandang bahwa teknologi merupakan kunci pertumbuhan dan perkembangan budaya. Manusia adalah sistem materi, bumi juga sistem materi dan teknologi merupakan sistem mekanis yang mengekspresikan dua sistem materi ini. Oleh karena itulah, sangatlah wajar bila dikatakan bahwa  peradaban itu berkembang seiring dengan perkembangan teknologi.

Selanjutnya LAW mengatakan pula bahwa budaya, bagi manusia, tidak lain adalah upaya melanjutkan kehidupan: mekanisme yang memberikan subsistensi, perlindungan, regulasi, dan rekreasi. Untuk ini semua jelas diperlukan energi. Jadi, fungsi utama budaya adalah untuk menghimpun dan mengontrol energi demi kelangsungan hidup manusia. Menurutnya, energi itu dapat meliputi energi otot, energi binatang yang didomestikasi, energi tumbuhan, energi alam dan nuklir. Dalam film OoE dapat kita lihat bagaimana masyarakat timur tengah pada zaman batu sudah menggunakan energi otot, energi binatang dan tumbuhan dalam rangka melangsungkan hidupnya melalui kegiatan bercocok tanam gandum dan barley serta domestikasi kambing, domba dan sapi. Mereka memaksimalkan penggunaan ketiga energi itu, hingga beberapa abad kemudian hal ini membawa pengaruh besar bagi perkembangan peradaban manusia di era kekinian.

Satu rumusan yang menurut saya juga penting menjadi kata kunci dalam mencari jawaban atas permasalahan yang ingin dipecahkan dalam film OoE yaitu rumus yang diformulasikan oleh LAW tentang tingkat perkembangan budaya. Dengan asumsi faktor habitat/lingkungan konstan, LAW merumuskan hukum perkembangan peradaban dan budaya sebagai berikut:
                                           E x T à C
C= tingkat perkembangan budaya
E= energi yang himpun dan dimanfaatkan per kapita per tahun

T= kualitas efisiensi dan efektivitas teknologi yang digunakan untuk menghimpun dan memanfaatkan energi 

Tidak ada komentar: